Awal tiba di Taiwan, ada hal yang mengganjal di dalam pikiran saya. Kondisi dan perilaku masyarakat Taiwan yang saya lihat banyak mengikuti budaya Amerika. Kalau kita lihat anak muda di Taiwan, hampir semuanya mengikuti mode dan trend dunia Barat.
Jarang dilihat mereka memperkenalkan budaya atau tradisi China, malah sebaliknya. Contoh pada saat perayaan Ulang Tahun Universitas, para mahasiswa banyak menampilkan budaya barat. Begitu pun di acara hiburan yang sering ditampilkan pada malam minggu di Taman Kota. Kebanyakan acara adalah joged-joged seperti penyanyi rap.
Cara Berpakaian
Saat masih di Banda Aceh, saya berpikir cara berpakaian para perempuan di Taiwan mungkin hampir sama dengan yang di Indonesia. Tapi kenyataan yang saya lihat agak berbeda. Di Indonesia kita masih bisa melihat model pakaian yang tertutup. Untuk di Taiwan, hal ini tidak berlaku. Lebih-lebih menjelang musim panas: dengan celana pendek dan baju oblong tipis.
Dan pada saat saya sampai disini, tepatnya bulan Oktober 2009 kemarin, pikiran itu memang benar adanya. Malah disini lebih parah dan tidak mengindahkan lagi norma-norma yang lazimnya ada di Indonesia. Apalagi bagi orang baru pertama menginjakkan kaki di Taiwan, pemandangan hal yang tidak lazim ini akan sedikit mempengaruhi konsentrasi kita untuk melakukan hal-hal yang positif.
Memasuki awal musim panas (pada saat ini bulan april), pemandangan yang tidak lazim ini akan semakin parah. Mata kita tidak tahu harus memandang kemana lagi. Karena kodisi cuaca akan mempengaruhi cara mereka berpakain. Pada saat musim dingin yang lalu, semuanya masih kelihatan normal (cara mereka berpakaian). Sekarang berbanding terbalik.
Memang budaya dan kondisi di Aceh dan di sini agak jauh berbeda. Disini kita harus banyak mengingat Allah dan jangan lupa untuk memperbanyak ibadah. Karena masyarakat asli disini jarang mempunyai agama. Dengan kekurangan dan keterbatasan yang kami alami disini, harus tetap bersyukur. Dan satu lagi jangan ada waktu luang disia-siakan percuma. Isilah dengan kegiatan posistif.